TRENGGALEK, matarana.co.id- – Tim pengabdi yang merupakan kolaborasi dari Program Studi Teknik Pengolahan Limbah, Kelistrikan kapal, Perancangan dan Konstruksi Kapal, terdiri dari Mirna Apriani, Anggara Trisna Nugraha, Luqman Cahyono, Agung Prasetyo Utomo.
Sekaligus memberikan kesempatan melaksanakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), bagi mahasiswa Achmad Fauzi, Arum Putri Nur Romadhon, Tri Utami , Diego Ilham Yoga Agna, dan Fauzan Kholistya Hanif.
Mendapatkan kesempatan melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui pendanaan dari Kemendikbudristek skema Penerapan Iptek Masyarakat, Tim PPNS mengadakan kegiatan Pelatihan untuk pelatih/ Training of Trainer (TOT) bagi Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) di Pantai Mutiara Trenggalek.
Terumbu karang di Kabupaten Trenggalek berada tersebar di 5 (lima) site, salah satunya terletak di Pantai Mutiara, Desa Tasikmadu Kecamatan Watulimo. Kondisi terumbu karang di Pantai Mutiara berada dalam kategori jelek.
Kategori penilaian berdasarkan persentase tutupan karang hidup sebagai foundation species kurang dari 25%. Ekosistem terumbu karang mempunyai banyak peranan, diantaranya merupakan habitat biota laut sebagi sumber keanekaragaman hayati.
Selain itu, terumbu karang merupakan tempat memijah, mencari makan, dan berlindung bagi ikan-ikan, sehingga kondisi terumbu yang baik mampu meningkatkan produktivitas perikanan. Fungsi lain juga mampu melindungi pantai dari abrasi.
Dari segi sosial ekonomi, pendapatan masyarakat pesisir dapat meningkat baik dari hasil perikanan maupun dari wisata bahari. Wisata bahari yang sehat dan lestari akan dapat mendukung program sadewa di Trenggalek.
Restorasi terumbu untuk meningkatkan status terumbu di Trenggalek dari jelek menjadi baik, akan membutuhkan waktu yang lama apabila mengandalkan pertumbuhan terumbu secara alami. Pada kondisi normal, karang dapat mencapai pertumbuhan hingga sekitar 2 cm per tahun untuk karang massive dan 10 cm untuk karang bercabang.
“Sehingga perlu adanya solusi melestarikan ekosistem di pantai Mutiara melalui pembuatan terumbu buatan dengan material tambahan dari sampah kulit kerang sebagai upaya pengelolaan sampah di area Pantai. Namun perlu diingat bahwa menjaga kelestarian Pantai Mutiara, yang paling utama terletak pada masyarakat sekitar Pantai.
“Maka melalui kegiatan pengabdian ini kami berfokus untuk meningkatkan ketrampilan Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) dalam membuat terumbu karang. Kegiatan pengabdian ini kami kemas dalam bentuk Pelatihan untuk pelatih atau Training of Trainer (TOT),” beber Mirna pada keterangannya. Selasa, (29/11/2022).
Kegiatan TOT diawali melalui penjelasan pentingnya ekosistem terumbu karang bagi kelestarian dan keberlanjutan lingkungan laut, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan bagi Ketua dan anggota Pokmakwas berjumlah 4 (empat) orang yang akan menjadi trainer bagi penduduk setempat.
Lebih lanjut Mirna, pelatihan dilakukan melalui praktik langsung pembuatan terumbu buatan, mulai dari persiapan material sesuai dengan kriteria desain, pencampuran material, memasukkan ke dalam cetakan dan finishing.
“Setelah pelaksanaan TOT selesai, kami memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk mempraktikkan pengalaman selama mengikuti pelatihan. Dalam waktu satu bulan, para peserta pelatihan yang ditingkatkan kompetensi menjadi pelatih mampu menghasilkan 7 (tujuh) terumbu buatan beserta penduduk sekitar Pantai Mutiara yang siap ditenggelamkan,” jelas Mirna.